C.
Pergelaran Tari Caci
Tarian
Caci awal mulanya dimainkan oleh para pejuang perang untuk merayakan dan
mengenang perang. Dewasa ini tarian Caci bagi orang Manggarai dipentaskan untuk
memeriahkan acara-acara khusus baik yang bersifat adat maupun tidak, seperti
syukuran hasil panen, pentahbisan imam, atau penerimaan tamu adat maupun
kenegaraan.
Pertunjukan
tarian Caci dibuka dengan tarian Danding atau biasa disebut Tandak Manggarai.
Tarian ini dimainkan oleh perempuan dan laki-laki yang membentuk lingkaran.
Gerakan penari Danding lebih mirip tari Vera atau tari Sanda Lima. Biasanya
penari mendendangkan lagu dengan larik yang memompakan semangat para pemain
Caci saat bertanding. Sebelum bertarung, pemain Caci akan melakukan pemanasan
otot. Masing-masing pemain menggerakkan badanya mirip gerakan kuda.
Sambil
menari, pemain Caci menyanyikan lagu daerah untuk menantang lawannya. Setiap
kelompok terdiri dari delapan pemuda, masing-masing mendapatkan kesempatan
bertarung menghadapi lawan. Serangan bisa dimulai dengan bertindak sebagai
pemukul dan pada kesempatan lain menjadi penangkis. Dengan lincah si penyerang
akan menghentakkan pecutnya ke tubuh lawan. Sementara si lawan akan menangkis
sabetan pecut. Jika kena, tampak garis merah atau luka memanjang tipis. Luka
ini sebagai pembukti bahwa penyerang berhasil. Semua pemain beresiko terkena
sabetan pecut.
Perlengkapan
Para
pemain bertelanjang dada dan mengenakan pakaian perang berupa celana warna
putih bersalut kain adat songke warna hitam yang diikat erat agar tidak lepas
saat bertanding. Pada kepala diberi penutup Panggal (semacam tanduk kerbau yang
terbuat dari kulit kerbau yang keras dan dilapisi kain warna-warni. Panggal
dipasang dikepala sampai menutup sebagian muka dan dilapisi destar atau handuk.
Dipinggang
terpasang Lalong Denki (hiasan mirip ekor kuda yang dihiasi bulu ekor kuda
panjang) serta pada sisi pinggang terpasang saputangan warna-warni yang
digunakan untuk menari setelah atau sebelum dipukul lawan.
Pemukul
membawa cambuk yang terbuat dari kulit kerbau yang keras dan ujungnya dari
Lempa (kulit kerbau tipis yang dikeringkan) atau bisa diganti dengan Pori (lidi
enau yang masih hijau). Sedangkan tameng yang dibawa penangkis terbuat dari
kulit kerbau kering yang dipegang pada satu tangan, dan tangan yang lain akan
memegang Agang (sekumpulan bambu yang diikat dan dilengkungkan). Tameng dan agang
merupakan alat penangkis saat dia dipukul lawan. Wajah ditutupi kain destar
sehingga mata masih bisa melihat arah gerakan dan pukulan lawan. Jika dia mampu
menangkis pukulan lawan, maka pukulan itu tidak akan mengenai badan mulai dari
pinggang sampai kepala. Kalau tidak, dia akan menderita luka. Kalau cambuk
mengenai mata maka itu disebut beke (kalah) dan kedua pemain segera diganti.
Si
jawara tidak hanya cakap bertarung, tapi juga luwes lomes (menari) dan dere
(menyanyi). Itu dimaksudkan untuk menarik
perhatian
penonton, terutama gadis-gadis pujaan yang menyaksikan Caci dan Danding.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar